SAP M12 Isu
Etika Signifikan dalam dunia bisnis dan profesi
Benturan kepentingan
Benturan kepentingan adalah
perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis
pribadi direktur, komisaris, atau pemegang saham utama perusahaan. Perusahaan
menerapkan kebijakan bahwa personilnya harus menghindari investasi, asosiasi
atau hubungan lain yang akan mengganggu, atau terlihat dapat mengganggu, dengan
penilaian baik mereka berkenaan dengan kepentingan terbaik perusahaan. Sebuah
situasi konflik dapat timbul manakala personil mengambil tindakan atau memiliki
kepentinganyang dapat menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk melaksanakan
pekerjaannya secara obyektif dan efektif.
Benturan kepentingan juga muncul
manakala seorang karyawan, petugas atau direktur, atau seorang anggota dari
keluarganya, menerima tunjangan pribadi yang tidak layak sebagai akibat dari kedudukannya
dalam perusahaan. Apabila situasi semacam itu muncul, atau apabila individu
tidak yakin apakah suatu situasi merupakan benturan kepentingan, ia harus
segera melaporkan hal-hal yang terkait dengan situasi tersebut kepada petugas
kepatuhan perusahaan. Apabila manajemen senior perusahaan menetapkan bahwa
situasi tersebut menimbulkan benturan kepentingan, mereka harus segera
melaporkan benturan kepentingan tersebut kepada komite pemeriksa.
Perbedaan kepentingan adalah situasi
dimana seseorang kemungkinan tidak dapat menentukan point bahwa ia mungkin akan
termotivasi untuk melakukan suatu tindakan dengan kepentingan berbeda dengan
kepentingan yang seharusnya mereka lakukan. Terdapat beberapa tipe dari
perbedaan kepentingan, seperti kenyataan, potensi, atau khayalan. Perbedaan
kepentingan yang sesungguhnya ketika mengambil suatu motivasi untuk melakukan
aktivitas yang tidak benar. Konflik perbedaan kepentingan potensial adalah
situasi yang ada ketika terdapat kesempatan untuk suatu keuntungan menjadi bujukan
untuk melakukan tindakan mendapatkan keuntungan lain. Perbedaan kepentingan
imaginary/ khayalan adalah figment imajinasi seseorang.
Etika dalam tempat kerja
Dunia kerja memang menyimpan banyak
sisi, secara positif orang memang menaruh harapan dari dunia kerja yaitu untuk
memenuhi keperluan hidupnya. Namun tuntutan pekerjaan pun bila tidak dihadapi
dengan baik dapat membawa tekanan bagi pekerja sendiri. Menyikapi hal tersebut
mungkin ada hubungannya dengan fenomena maraknya kegiatan eksekutif bisnis
mendalami nilai-nilai agama. Mereka mengikuti aktivitas keagamaan seperti
tasawuf, kebaktian bersama dan lainnya untuk mengkaji dan mengaplikasikan
nilai-nilai luhuryang selama ini kerap hilang dari dunia kerja. Kemerosotan
nilai dalam dunia kerja juga diakui oleh ahli filsafat Franz Magnis Suseno,
bahwa etika dalam tempat kerja mulai tergeser oleh kepentingan pencapaian
keuntungan secepat-cepatnya. Eika sudah tidak ada lagi dan kegiatanekonomi
hanya dimaknakan sebagai usaha mencari uang dengan cepat. Akibatnya, perusahaan
memberlakukan karyawan dengan buruk dan tidak menghormati setiap pribadi. Etika
dalam profesionalisme bisnis. Ada dua hal yang terkandung dalam etika bisnis yaitu
kepercayaan dan tanggung jawab. Kepercayaan diterjemahkan kepada bagaimana
mengembalikan kejujuran dalam dunia kerja dan menolak stigma lama bahwa
kepintaran berbisnis diukur dari kelihaian memperdayasaingan. Sedangkan
tanggung jawab diarahkan atas mutu output sehingga insan bisnis jangan puas
hanya terhadap kualitas kerja yang asal-asalan. Dalam pandangan rasional
tentang perusahaan, kewajiban moral utama pegawai adalah untuk bekerja mencapai
tujuan perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatanyang mungkin mengancam
tujuan tersebut. Jadi, bersikap tidak etis berarti menyimpang dari
tujuan-tujuan tersebut dan berusaha meraih kepentingan sendiri dalam cara-cara
yang jika melanggar hukum dapat dinyatakan sebagai salah satu bentuk “kejahatan
kerah putih”.
Aktivitas bisnis internasional – masalah budaya
Bagaimana cara dan perilaku manusia
melakukan sesuatu serta bagaimana suatu kelompok individu membentuk kebiasaan.
Kepemimpinan berperan sebagai motor yang harus mampu mencetuskan dan menularkan
kebiasaaan produktif di lingkungan organisasi. Maka dengan demikian, masalah
budaya perusahaan bukanlah hanya apa yang akan dikerjakan sekolompok individu
melainkan juga bagaimana cara dan tingkah laku mereka pada saat mengerjakan
pekerjaan tersebut. Seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam membentuk
budaya perusahaan. Hal itu bukanlah sesuatu yang kabur dan hambar, melainkan
sebuah gambaran jelas dan konkrit. Jadi, budaya itu adalah tingkah laku, yaitu
cara individu bertingkah laku dalam mereka melakukan sesuatu. Tidaklah
mengherankan, bila sama-sama kita telaah kebanyakan perusahaan sekarang ini.
Para pemimpin yang bergelimang dengan fasilitas dan berbagai kondisi kemudahan.
Giliran situasinya dibalik dengan perjuangan dan persaingan, mereka mengeluh
dan malah sering mengumpat bahwa itu semua karena SDM kita yang tidak kompeten
dan tidak mampu. Mereka sendirilah yang membentuk budaya itu (masalah budaya).
Semua karena percontohan, penularan dan panutan dari masing-masing pemimpin.
Maka timbul paradigma, mengubah budaya perusahaan itu sendiri. Budaya
perusahaan memberi kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan perilaku
etis, karena budaya perusahaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang
membimbing tindakan karyawan. Budaya dapat mendorong terciptanya prilaku. Dan
sebaliknya dapat pula mendorong terciptanya prilaku yang tidak etis.
Akuntabilitas Sosial
Tujuan Akuntanbilitas Sosial, adalah
untuk mengukur dan mengungkapkan dengan tepat seluruh biaya dan manfaat bagi masyarakat
yang ditimbulkan oleh aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan produksi suatu
perusahaan, untuk mengukur dan melaporkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap
lingkungannya, mencakup financial dan managerial social accounting, social
auditing dan untuk menginternalisir biaya sosial dan manfaat sosial agar dapat
menentukan suatu hasil yang lebih relevan dan sempurna yang merupakan
keuntungan sosial suatu perusahaan.
Perusahaan harus mengakui bahwa
walaupun mereka adalah akuntan untuk shareholders saja kini mereka harus
meningkatkan rangenya menjadi lebih luas kepada stakeholders. Untuk memperluas
hal tersebut, saat ini telah terjadi pergeseran paradigma yait dari
akuntabilitas kepada shareholders menjadi akuntabilitas kepada stakeholders.
Akibatnya, perusahaan harus meningkatkan perhatian dalam pengukuran, lebih dari
sekedar laporan keuangan untuk memuaskan para pemegang saham yang bervariasi,
mengetahui seberapa baik teknik manajemen bekerja dan apa yang harus dilaporkan
kepada board committee demi memenuhi pengungkapan dalam kontrak perjanjian dan
juga kepada publik. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menjelaskan
pengukuran dan aktivitas audit dalam area audit dan akuntabilitas social,
misalnya social accounting dan social auditing; social performance reporting
and audit, corporate social responsibility accounting, corporate social
performance reporting and audit dan corporate ethical performance reporting and
audit.
Manajemen Krisis
Manajemen krisis adalah respon
pertama perusahaan terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi
bisnis yang telah berjalan normal. Artinya terjadi gangguan pada proses bisnis
‘normal’ yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan
fungsi-fungsi yang ada, dan dengan demikian dapat dikategorikan sebagai krisis.
Kejadian buruk dan krisis yang melanda dunia bisnis dapat mengambil beragam
bentuk. Mulai dari bencana alam seperti Tsunami, musibah teknologi (kebakaran,
kebocoran zat-zat berbahaya) sampai kepada karyawan yang mogok kerja. Segala
kejadian buruk dan krisis, berpotensi menghentikan proses normal bisnis yang
telah dan sedang berjalan, membutuhkan penanganan yang segera (immediate) dari
pihak manajemen. Penanganan yang segera ini kita kenal sebagai manajemen krisis
(crisis management). Saat ini, manajemen krisis dinobatkan sebagai new
corporate discipline. Manajemen krisis adalah respon pertama perusahaan
terhadap sebuah kejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah
berjalan normal. Pendekatan yang dikelola dengan baik sebagai respon terhadap
kejadian itu terbukti secara signifikan sangat membantu meyakinkan para
pekerja, pelanggan, mitra, investor, dan masyarakat luas akan kemampuan
organisasi melewati masa krisis.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar