Minggu, 09 Juni 2013

JURNAL PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, EARNING PER SHARE DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PT. KALBE FARMA TBK. PERIODE 2008-2010.



ABSTRAKSI


Ismy Chaerunissa Oktia, 25209954
PENGARUH RASIO PROFITABILITAS, EARNING PER SHARE DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PT. KALBE FARMA TBK. PERIODE 2008-2010.
PI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma 2012.
Kata Kunci: Rasio Profitabilitas, EPS dan PER, Harga Saham, PT. Kalbe Farma Tbk.


Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam membiayai kegiatan operasionalnya, dana tersebut diperoleh dari beberapa sumber. Untuk perusahaan yang sudah go public dalam upaya menambah dana kegiatan operasionalnya dapat diperoleh melalui penjualan saham kepada para investor. Media yang digunakan perusahaan dalam menjual sahamnya ke public adalah pasar modal. Calon investor yang akan menanamkan dananya ke suatu perusahaan harus mengetahui kinerja serta prospek perusahaan yang menjual surat berharganya. Laporan keuangan merupakan suatu media yang di pertimbangkan calon investor untuk berinvestasi ke suatu perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas, Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) secara parsial (individu) dan secara simultan (bersama-sama) terhadap harga saham pada PT. Kalbe Farma Tbk. periode 2008-2010. Metode penulisan yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu menggunakan data sekunder yang telah diolah dan dipublikasikan. Adapun data-data yang diperoleh penulis berasal dari Bursa Efek Indonesia dengan situs resmi www.idx.co.id dan situs resmi PT. Kalbe Farma Tbk. ialah www.kalbe.co.id. Untuk mengetahui pengaruh antara kedua variabel yang di uji penulis menggunakan metode statistika diantaranya analisis koefisien korelasi sederhana, regresi linier berganda, serta pengujian hipotesa. Dengan menguji data dan menganalisisnya dapat diperoleh informasi bahwa, rasio profitabilitas memiliki hubungan yang positif dan kuat terhadap harga saham serta kontribusinya sebesar 31,7%, EPS memiliki hubungan yang positif dan sangat kuat serta kontribusinya sebesar 50,3%, yang terakhir PER memiliki hubungan positif dan kuat serta kontribusinya sebesar 18,7%. Dan melalui pengujian hipoteis yaittu uji-f diperoleh kesimpulan bahwa Rasio Profitabilitas, Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham sedangkan melalui uji t, didapatkan hasil bahwa rasio profitabilitas dan EPS tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham, sedangkan untuk PER berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.


Daftar Pustaka (2000-2010)

Dalam era globalisasi sekarang ini menyebabkan persaingan dalam dunia usaha menjadi bertambah ketat. Perusahaan yang tidak mampu bersaing maka tidak akan bertahan dan akan tersingkir dari dunia usaha yang di jalankannya. Oleh karena itu salah satu tujuan yang penting dari semua jenis usaha yaitu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu yang lama (going concern), selain tujuan umumnya yaitu memperoleh laba dari bidang usahanya, Persaingan bisnis yang ketat menuntut peusahaan melakukan perluasan usaha dengan menganeka ragamkan jenis produksi. Perluasan usaha tersebut menyebabkan perusahaan membutuhkan dana yang cukup banyak dalam membiayai kegiatan operasionalnya, dana tersebut dapat di peroleh dari beberapa sumber, pertama berasal dari dalam perusahaan yakni modal pemilik, maupun laba di tahan (retained earning). Sedangkan sumber pembiayaan yang lain, berasal dari luar yakni dalam bentuk pinjaman (hutang) dari pihak lain. Untuk perusahaan yang telah go public dalam upaya menambah dana kegiatan operasionalnya dapat di peroleh melalui penjualan saham kepada para investor. Media yang di gunakan perusahaan dalam menjual sahamnya pada publik adalah pasar modal. Inti dari kegiatan pasar modal adalah kegiatan investasi, yaitu kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan pada waktunya nanti pemilik modal mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut. Bagi investor, melalui pasar modal mereka dapat memilih obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat resiko yang di hadapi, sedangkan bagi para penerbit(emiten) melalui pasar modal mereka dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usaha mereka.
Pengambilan keputusan investasi dalam saham memerlukan pertimbangan-pertimbangan, perhitungan-perhitungan dari analisis yang mendalam untuk menjamin keamanan dana yang di investasikan serta keuntungan yang di harapkan oleh investor. Calon investor harus mengetahui kinerja serta prospek perusahaan yang menjual surat berharganya. Laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi calon investor karena dari laporan keungan inilah dapat di ketahui kinerja dari suatu perusahaan. Kinerja yang di capai oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap haraga saham, karena perusahaan yang kinerjanya baik akan menarik banyak investor untuk membeli saham yang di terbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Minat investor yang besar terhadap suatu saham akan berpengaruh terhadap harga saham yang bersangkutan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Laporan Keuangan
Media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang memungkinkan analisis untuk menelaah kondisi dan hasil dari suatu usaha.
Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai arti dari laporan keuangan adalah sebagai berikut :
Menurut Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia dikatakan bahwa : “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.” (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009:1).
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Zaki Baridwan, 2004:17).
Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan asset-aset nyata yang berada di balik angka tersebut (Brigham dan Houston, 2010:84).
Dari beberapa definisi di atas mengenai laporan keuangan dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan catatan keuangan suatu perusahaan selama periode tertentu (biasanya meliputi periode satu tahun) yang didapat dari transaksi-transaksi yang terjadi dalam proses akuntasi yang terdiri dari neraca, laporan perhitungan rugi laba serta laporan keuangan lainnya yang merupakan alat komunikasi antara data keuangan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
                                          
Bentuk Laporan Keuangan
Pada waktu tertentu manajemen suatu perusahaan harus menyusun dan menyajikan laporan keuangan guna memenuhi informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan.Laporan keuangan tersebut disajikan dalam dua bentuk, yaitu :
a.     Posisi keuangan pada suatu saat, yaitu yang lebih dikenal dengan istilah neraca (balance sheet).
b.    Perubahan posisi keuangan untuk suatu periode, yaitu terdiri dari laporan rugi/laba (income statement) dan laporan perubahan modal              (capital statement).
Berikut adalah isi, dan susunan masing-masing laporan keuangan yang di hasilkan setiap periode yang lazim digunakan pada perusahaan.
1.      Neraca (balance sheet)
Neraca adalah laporan keuangan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu : harta, hutang, dan modal.
Menurut Zaki Baridwan dikatakan bahwa : “Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu.” (Zaki Baridwan, 2004:19)
2.      Laporan laba/rugi (income statement)
Laporan Laba-rugi (income tatement),yang juga sering disebt statement of income atau statement of earnings, adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasiperusahaan slama periode waktu tertu (E.Kieso, Jerry J.Weygandt, dan Terry D.arfield,  2008:140)
Menurut Brigham, dan Houston (2010 : 93) adalah : “Laporan Rugi laba merupakan laporan yang merangkum pendapatan, dan beban perusahaan selama suatu periode akuntansi, biasanya satu kuartal atau satu tahun.”
3.      Laporan Arus Kas (cash flow statement)
Laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan suatu        perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar uang (kas) perusahaan. Tujuan utama laporan arus kas adalah memberikan informasi tentang penerimaan kas dan pembayaran kas entitas selama suatu periode dan untuk melaporkan kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan suatu entitas selama periode berjalan.
4.      Laporan Perubahan Modal
Laporan Perubahan Modal adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai perubahan yang tejadi pada modal suatu perusahaan untuk satu periode akuntansi tertentu. Unsur-unsur yang termasuk dalam laporan ini ialah investasi mula-mula atau modal awal, laba (rugi) bersih, setoran (penarikan) pemilik serta modal akhir.

Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan harus disusun sedemikisn rupa agar dapat memenuhi kebutuhan seluruh pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, misalnya: investor, pemilik, pemimpin perusahaan, pemerintah, dan editor.
Tujuan laporan keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009 : 3), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1.      menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.       memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan
3.      menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan terdiri atas dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Kata analisis berarti memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.Jadi analisis laporan keuangan adalah suatu alat yang dapat dipergunakan untuk membuat suatu keputusan dan  juga merupakan suatu alat yang sangat membantu di dalam proses penilaian dan memproyeksikan keadaan keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan.
Analisis laporan keuangan dapat dipergunakan untuk dapat membuat atau mengambil suatu keputusan, antara lain titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa depan, penanaman modal, pencarian sumber-sumber dana perusahaan, bagi penanaman modal analisis atas ikhtisar keuangan juga merupakan suatu penilaian keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan.

Analisis Rasio Keuangan
Sebelum mengadakan analisis terhadap kondisi dari laporan keuangan suatu perusahaan serta untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan, umumnya yang sering digunakan sebagai ukuran adalah analisis rasio. Analisis rasio keuangan terdiri atas dua kata, yaitu analisis dan rasio. Kata analisis berarti memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan rasio itu sebenarnya hanyalah “Alat” yang dinyatakan dalam aritmatikal yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara 2 macam data finansial.” (Bambang Riyanto, 1990 : 253). Analisis rasio dari sudut pandang investor, peramalan masa depan  adalah inti dari analisis keuangan yang sebenarnya. Sementara itu, dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondissi masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa depan.
Menurut Kuswandi (2004:187), analisis rasio adalah cara analisa dengan menggunakan perhitungan – perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca maupun laporan laba rugi. Suatu rasio digunakan untuk dapat menganalisa bagaimana keadaan suatu perusahaan, mulai dari tingkat likuiditas, solvabilitas, aktivitas serta tingkat profitabilitasnya.
Analisis rasio ini berguna baik bagi pihak internal perusahaan dan juga pihak eksternal perusahaan. Dari pihak internal dapat menentukan tindakan dan keputusan yang diambil untuk kelanjutan operasi perusahaan tersebut, sedangkan bagi pihak eksternal dapat menjadi acuan apakah seorang investor akan terus menginvestasikan dananya kepada perusahaan tersebut atau tidak.
Menurut Sumber datanya Bambang Riyanto (2001: 330) : rasio dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:
1.      Rasio-rasio neraca (Balance Sheet Ratio), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid test ratio, current asset to total asset ratio, current liabilities to total asset ratio dan lain sebagainya.
2.      Rasio-rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratio), ialah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit, net margin, operating margin, operating ratio dan sebagainya
3.      Rasio-rasio antar Laporan Keuangan (Intern Statement Ratio), ialah rasio rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainya berasal dari income statement, misalnya asset turnover, Inventory turnover, receivable turnover, dan lain sebagainya.


Pengertian Saham
Menurut Kasmir dikatakan bahwa : “Merupakan sutar berharga yang bersifat kepemilkkan. Artinya si pemilik saham merupakan pemilik perusahaam. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut..” (Kasmir, 2008 : 209).
Wujud saham adalah, selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Beberapa karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan, antara lain:
1.   Limited risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetorkan ke dalam perusahaan.
2.   Ultimate control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan.
3.   Residual claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk dividen) dan sisa aset dalam proses likuidasi perusahaan. Pemegang saham memiliki posisi yunior dibanding pemegang obligasi atau kreditor.

 Surat berharga saham memiliki bermacam-macam bentuk. Macam macam saham terbagi berdasarkan peralihan kas, berdasarkan hak tagih, dan berdasarkan kinerja itu sendiri.
A.    Berdasarkan peralihan kas
1.         Saham atas unjuk (Bearer Stock)
Saham atas unjuk merupakan jenis saham yang tidak menyertakan nama pemiliknya dengan tujuan agar saham tersebut dapat dengan mudah dipindahtangankan dari investor yang satu ke yang lainnya. Siapa yang memegang saham tersebut, maka dialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.

2.         Saham atas nama (Registered Stock)
Saham atas nama merupakan jenis saham yang mencantumkan nama pemilik saham pada lembar saham yang bersangkutan, dapat dipindahtangankan tetapi harus melalui prosedur tertentu.
B.     Berdasarkan hak tagih/klaim
1.         Saham biasa (Common Stock)
Saham biasa merupakan jenis saham yang memiliki klaim laba/rugi yang diterima perusahaan.Saham biasa memiliki kewajiban yang terbatas maksudnya, jika perusahaan bangkrut atau dilikuidasi maka kerugian ditanggung oleh pemegang saham biasa sebesar nilai investasi pada saham tersebut.
2.         Saham Preferen (Preffered Stock)
Saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Namun, kekurangan dari pemegang saham preferen yaitu tidak mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).
Saham preferen dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : Saham preferen partisipasi / nonpartisipasi dan saham preferen kumulatif / nonkumulatif
v saham preferen partisipasi adalah saham yang selain memperoleh dividen yang tetap jumlahnya, juga ikut ambil bagian dalam pembagian keuntungan, apabila keuntungan melebihi jumlah persentase tertentu. Saham preferen nonpartisipasi hanya memperoleh dividen yang jumlahnya tetap saja. Partisipasi ini bisa partisipasi sebagian atau partisipasi penuh.
v saham preferen kumulatif adalah saham-saham yang jika pada suatu tahun perusahaan tidak membagikan laba (dividen), maka dividen-dividen dari tahun yang tidak dibagikan tersebut dapat digabungkan dengan dividen tahun berikutnya. Sedangkan untuk saham preferen non kumulatif kebalikan dari saham preferen kumulatif yaitu apabila perusahaan tidak pada suatu tahun tidak membagikan laba, maka dividen untuk tahun tersebut tidak dapat digabungkan dengan dividen tahun berikutnya
C.     Berdasarkan kinerja perusahaan
1.         Blue Chip Stock
Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang memiliki catatan pertumbuhan keuntungan (profit growth) dari tahun ke tahun, serta konsisten memberikan deviden kepada para pemegang sahamnya.
2.         Income Stock
Merupakan Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata – rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Biasanya perusahaan tersebut mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden secara tunai.
3.         Growth Stock
Merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi.
4.         Speculative Stock
Merupakan jenis saham yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.
5.         Counter Sylical Stock
Merupakan jenis saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.


Metode Penelitian

Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah PT. Kalbe Farma Tbk yang telah terdaftar sebagai perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (IDX:KLBF). PT Kalbe Farma Tbk diakui sebagai perusahaan farmasi terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Data/Variabel yang Digunakan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder berupa Laporan Keuangan PT. Kalbe Farma Tbk, yaitu Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi triwulan Periode tahun 2008 sampai dengan periode tahun 2010 serta harga saham penutupan triwulan periode 2008 sampai dengan periodee 2010. Variabel yang digunakan adalah variable bebas yaitu Rasio Profitabilitas (NPM, ROI, dan ROE), EPS, dan PER serta variable terikat adalah harga saham.

Alat Analisis yang Digunakan
Dalam meneliti, penulis menggunakan analisis kuantitatif untuk menghitung rasio profitabilitas (NPM, ROI, dan, ROE), EPS, dan PER. Penulis juga melakukan analisis dekriptif yang ditampilkan dalam bentuk tabel yang merupakan hasil dari perhitungan rasio Alat analisis rasio yang digunakan yaitu :
v   Net Profit Margin (NPM)
Text Box: NPM =    "Laba Bersih Setelah Pajak" /Penjualan x 100%

 



v   Text Box: ROI =    "Laba Bersih Setelah Pajak" /(Total Aktiva) x 100%

Return On Investment (ROI)



v   Text Box: ROE =    "Laba Bersih Setelah Pajak" /"Modal Pemilik"   x 100%

	

Return On Equity (ROE)



v   Text Box: EPS =    "Laba Bersih Setelah Pajak" /"Jumlah Saham yang Diterbitkan" 

Earning Per Share (EPS)



v   Text Box:   PER =   (Harga Pasar Saham)/(Laba Per Lembar Saham)
 

Price Earning Ratio (PER)



Lalu dilanjutkan dengan Analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan software SPSS 17. Namun sebelum dilakukan uji regresi tersebut harus dilakukan uji normalitas kemudian dilanjutkan kedalam uji asumsi klasik yang terdiri dari multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

Metode Pengumpulan Data
Penulis dalam mengumpulkan data perusahaan dengan menggunakan penelitian kepustakaan dengan membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan objek penelitian ditambah dengan bahan kuliah yang didapat selama masa perkuliahan serta situs-situs web dengan cara mengakses situs PT Kalbe Farma Tbk dengan alamat website www.kalbe.co.id dan situs idx dengan alamat website  www.idx.co.id. Serta data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa neraca dan laporan laba/rugi PT. Kalbe Farama Tbk periode tahun 2008-2010 serta data harga saham.


PEMBAHASAN


Tabel 4.5
PT. Kalbe Farma Tbk
Daftar Rasio Profitabilitas (X1)
Periode 2008-2010
Tahun
Triwulan
Rasio Profitabilitas
Total
Keterangan
NPM
ROI
ROE
2008
I
9,84 %
3,14 %
5,06 %
18,04 %
-
II
9,21 %
6,07 %
9,94 %
25,22 %
naik sebesar 7,18 %
III
8,81 %
8,74 %
14,55 %
32,1 %
naik sebesar 6,88 %
IV
8,97 %
12,39 %
19,51 %
40,87 %
naik sebesar 8,77 %
2009
I
10,70 %
3,48 %
5,70 %
19,88 %
turun sebesar 20,99 %
II
9,45 %
5,98 %
10,21 %
25,64 %
naik sebesar 5,76 %
III
9,48 %
9,83 %
15,41 %
34,72 %
naik sebesar 9,08 %
IV
10,22 %
14,33 %
21,55 %
46,1 %
naik sebesar 11,38 %
2010
I
11,71 %
3,87 %
5,61 %
21,19 %
turun sebesar 24,91 %
II
12,16 %
8,32 %
12,31 %
32,79 %
naik sebesar 11,6 %
III
12,4 %
13,5 %
18,08 %
43,98 %
naik sebesar 11,19 %
IV
12,58 %
18,29 %
23,94 %
54,81 %
naik sebesar 10,83 %
 (Berdasarkan Laporan Keuangan Per Triwulanan)
      Sumber : Data diolah berdasarkan Laporan Keuangan PT. Kalbe Farma Tbk. Periode 2008-2010

Berdasarkan data perhitungan di tabel dapat dilihat bahwa total rasio profitabilitas baik NPM, ROI, dan ROE memiliki kecenderungan yang sama yaitu besarnya profitabilittas kecil pada triwulan pertama, dan berangsur-angsur mengalami kenaikan di triwulan berikutnya. Rasio profitabilitas terbesar terjadi pada tahun 2010 triwulan keempat sebesar 54,81 % sedangkan rasio profitabilitas terendah terjadi pada tahun 2008 triwulan pertama sebesar 18,04 %.
Terjadinya kenaikan rasio profitabilitas yang ditunjukkan pada tabel di atas karena peningkatan penjualan dari masing-masing divisi seperti divisi obat resep, divisi produk kesehatan, divisi nutrisi, divisi distribusi dan kemasan yang memberikan kontribusi laba yang berbeda untuk peningkatan penjualan bersih. Salah satunya melalui divisi produk kesehatan dengan penjualan produk unggul yang banyak diminati oleh konsumen seperti promag tablet, procold, neo entrostop, mixagrip, fatigon, dan woods. Serta produk baru yang di luncurkan di pasar seperti fatigon hydro+, cerebrofort gold, cerebrovit excells, cerebrovit senior, dan kalpanax cream yang menghasilkan kenaikan profitabilitas. Selain faktor yang disebutkan di atas kondisi ekonomi yang stabil disertai perkembangan pasar yang baik, dan menguatnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap US Dollar. Sehingga dapat menaikkan harga saham di pasar, dan dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya pada PT. Kalbe Farma Tbk. Sedangkan terjadinya penurunan rasio profitabilitas pada PT. Kalbe Farma bisa di akibatkan karena kenaikan harga komoditi yang mengakibatkan naiknya harga bahan baku produk-produk, kinerja keuangan perusahaan sedang dalam keadaan tidak baik  dan berbagai faktor eksternal lainnya diantaranya situasi perekonomian yang kurang baik disebabkan adanya krisis global yang sangat berdampak buruk bagi semua industri didunia sehingga mengakibatkan penurunan harga saham PT. Kalbe Farma Tbk. Hal demikian itu akan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya, yang dapat mengakibatkan lingkup pasar bisnis dalam negri bereaksi negatif terhadap saham PT. Kalbe Farma Tbk sehingga harga saham menjadi turun, dan laba perlembar saham yang di terim
Pemegang saham yang menanamkan modal nya di PT. Kalbe Farma akan berkurang.

4.2.2        Perhitungan Earning Per Share (X2)
Earning Price Share (EPS ) menunjukan tingkat keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham. Semakin besar EPS menunjukan semakn baik kondisi operasi perusahaan. Sehinnga para pemegang saham akan tertarik dengan semakin tingginya EPS. EPS dapat diukur dengan rumus laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar.
Berikut ini adalah Earning Price Share Ratio yang dihasilkan oleh PT. Kalbe Farma Tbk. Untuk periode 2008-2010.


Tabel 4.6
PT. Kalbe Farma Tbk.
Daftar Earning Per Share (X2)
Periode 2008-2009
(Berdasarkan Laporan Keuangan Per Triwulan)

Tahun
Triwulan
Earning Per Share
Keterangan
2008
I
27
 -
II
34
naik sebesar Rp. 7
III
51
naik sebesar Rp. 17
IV
72
naik sebesar Rp. 21
2009
I
32
turun sebesar Rp. 40
II
41
naik sebesar Rp. 9
III
64
naik sebesar Rp. 23
IV
97
naik sebesar Rp. 33
2010
I
41
turun sebesar Rp. 56
II
61
naik sebesar Rp. 20
III
96
naik sebesar Rp. 35
IV
137
naik sebesar Rp. 41
Sumber : Berdasarkan  Laporan Keuangan Triwulan PT. Kalbe Farma Tbk. Periode   2008-2010











          Tabel 4.7
PT. Kalbe Farma Tbk.
Daftar Price Earning Ratio (X3)
Periode 2008-2009
(Berdasarkan Laporan Keuangan Per Triwulan)
Tahun
Triwulan
Price Earning ratio
Keterangan
2008
I
36,30 kali
-
II
25 kali
turun sebesar 11,3 kali
III
12,74 kali
turun sebesar 12,26 kali
IV
5,55 kali
turun sebesar 7,19 kali
2009
I
19,38 kali
naik sebesar 13,83 kali
II
24,63 kali
naik sebesar 5,25 kali
III
20,78 kali
turun sebesar 3,85 kali
IV
13,40 kali
turun sebesar 7,38 kali
2010
I
45,61 kali
naik sebesar 32,21 kali
II
34,43 kali
turun sebesar 11,18 kali
III
26,56 kali
turun sebesar 7,87 kali
IV
23,72 kali
turun sebesar 2,84 kali
Sumber : Data diolah berdasarkan Laporan Keuangan Triwulan PT. Kalbe Farma Tbk. Periode 2008-2010

Berdasarkan perhitungan diatas maka dapat dilihat bahwa PER yang terjadi pada PT. Kalbe Farma Tbk. pada tahun 2008-2010 mengalami penurunan tiap triwulannya. PER tertinggi pada tahun 2010 triwulan pertama yaitu sebesar 45,61 kali  yang artinya setiap investor harus membayar  Rp. 1870 per lembar saham (45,61 x Rp. 41). PER yang tinggi di triwulan pertama disebabkan aktivitas perusahaan yang belum maksimal sehingga laba yang dihasilkan belum meningkat. Peningkatan PER berdampak pada EPS ( earning per share) atau laba yang dibagikan kepada para pemegang saham. Semakin besar PER maka semakin kecil pula nila EPS perusahaan. PER terendah terjadi pada tahun 2008 triwulan keempat yaitu sebesar 5,55 kali yang artinya setiap investor harus membayar Rp.400 per lembar saham (5,55 x Rp. 72). Hal ini erat hubungannya dengan pendapatan atau laba yang dihasilkan oleh perusahaan, semakin kecil laba yang dihasilkan maka nilai PER semakin tinggi, dan sebaliknya. Penurunan PER sangat menguntungkan investor dan perusahaan dianggap memiliki kinerja yang baik. Sebaliknya semakin tinggi nilai PER maka semakin sedikit investor yang tertarik untuk berinvestasi karena harga saham lebih mahal tetapi tidak sebanding dengan laba per lembar saham yang akan diterima perusahaan. Jadi semakin kecil nilai price earning ratio maka semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor untuk membeli saham tersebut.

4.3              Pengujian Asumsi Klasik
4.3.1         Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan apakah variabel berdistribusi normal atau tidak. Dari tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas. Nilai ini dibandingkan dengan 0.05 untuk pengambilan keputusan dengan kriteria :
Ø  Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0.05 distribusi data adalah tidak normal
Ø  Nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0.05 distribusi data adalah normal








Tabel 4.8
Hasil Signifikan Uji Normalitas
Sumber : Data diolah dengan alat statistik SPSS versi 17.0

Berdasarkan tabel diatas untuk data harga saham dapat dilihat hasil Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,185. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahawa data harga saham terdistribusi normal.
Berdasarkan tabel diatas untuk data rasio profitabilitas dapat dilihat hasil Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahawa data rasio profitabilitas  terdistribusi normal.
Berdasarkan tabel diatas untuk data EPS dapat dilihat hasil Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahawa data EPS  terdistribusi normal.
Berdasarkan tabel diatas untuk data PER dapat dilihat hasil Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,200. Nilai tersebut lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahawa data PER  terdistribusi normal.





4.3.2        Uji Multikolinearitas

Tabel 4.9
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa






Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF
1
(Constant)
-1349.145
733.066

-1.840
.103


Rasio Profitabilitas
-3.223
39.016
-.043
-.083
.936
.418
2.427
EPS
24.961
12.720
.951
1.962
.085
.305
3.267
PER
54.072
10.315
.690
5.242
.001
.369
2.713
a.       Dependent Variable : harga saham
Sumber : data diproses dengan SPSS versi 17.0

Model regresi yang baik seharusnya bebas multikolinieritas atau tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Uji Multikolinieritas dapat dilihat dari :
a.       Nilai Tolerance harus lebih besar dari 0,1, atau;
b.      Nilai Variance Infaltion Factor (VIF) lebih kecil dari 10
Berdasarkan table coefficients diatas diketahui bahwa nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Diperoleh nilai Rasio Profitabilitas dengan nilai tolerance 0.418 dan VIF 2.427, EPS dengan nilai tolerance 0.305 dan VIF 3.267, PER dengan nilai tolerance 0.369 dan VIF 2.713. Jadi dapat diasumsikan bahwa tidak ada multikolinier atau data tidak memiliki hubungan yang sempurna dalam model regresi.

4.3.3        Uji Heterokedastisitas
Penyimpangan asumsi klasik ini adalah adanya heteroskeditas dimana varian variabel dalam model tidak sama. Berdasarkan olahan program komputer SPSS 17.00 yaitu melalui tampilan grafik Scatterplot yang dapat dilihat pada gambar 4.5, maka dapat diasumsikan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Hal ini berdasarkan gambar grafik dimana titik-titik yang ada dalam grafik tersebut tidak membentuk pola tertentu yang jelas dan titik-titik tersebut tersebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Artinya jenis data pada penulisan ini memiliki jenis data yang berbeda.

Gambar 4.1
Diagram Scatter Plot
Sumber : data diproses dengan SPPS versi 17.0

4.3.4        Uji Autokorelasi
Untuk mendiagnosis adanya Autokorelasi dalam suatu model regresi dilakukan pengujian terhadap nilai Uji Durbin-Watson (uji DW) Tabel Klasifikasi Nilai dw menurut (Tony Wijaya, 2009:123) sebagai berikut:









Nilai Dw
Keterangan
Kurang 1,10
Ada Autokorelasi
1,10 sampai 1,54
Tidak ada kesimpulan
1,55 sampai 2,46
Tidak ada Autokorelasi
2,46 sampai 2,90
Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,91
Ada Autokorelasi


Tabel 4.10
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb

Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson


1
.974a
.949
.930
229.790
1.816



            




Berdasarkan hasil tabel diatas terlihat bahwa nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,816. Jadi Karena 1,55 < 1,816 < 2,46 maka model tersebut tidak ada autokorelasi.

4.4          Hasil Analisis
4.4.1        Korelasi
Uji Korelasi bertujuan untukk mencari kekuatan signifikan dan arah hubungan antara dua variable. Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara rasio profitabilitas, earning per share (EPS), dan price earning ratio (PER) sebagai variable independen( X) terhadap harga saham sebagai variable dependent (Y). Karena sampel data berupa interval dan rasio serta bersifat normal maka digunakan korelasi pearson.
Tabel 4.11

Correlations


rasio_profitabilitas
eps
per
harga_saham
rasio_profitabilitas
Pearson Correlation
1
.971**
-0.46
0.563
Sig. (2-tailed)

0
0.132
0.057
N
12
12
12
12
Eps
Pearson Correlation
.971**
1
-0.291
.709**
Sig. (2-tailed)
0

0.359
0.01
N
12
12
12
12
Per
Pearson Correlation
-0.46
-0.291
1
0.433
Sig. (2-tailed)
0.132
0.359

0.16
N
12
12
12
12
harga_saham
Pearson Correlation
0.563
.709**
0.433
1
Sig. (2-tailed)
0.057
0.01
0.16

N
12
12
12
12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Pengolahan Data menggunakan alat statistik SPSS versi 17.0

Output di atas meenunjukkan hubungan anatara rasio profitabilitas, Earning Per Share ( EPS), dan Price Earning Ratio (PER) terhadap harga saham.
Berdasarkan pengujian korelasi yang telah di lakukan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1.      Ho1 : Rasio profitabilitas tidak berhubungan signifikan dengan harga saham
Ha1 : Rasio profitabilitas berhubungan signifikan dengan harga saham
2.      Ho2 : EPS tidak berhubungan signifikan dengan harga saham
Ha2 : EPS berhubungan signifikan dengan harga saham
3.      Ho3 : PER tidak berhubungan signifikan dengan harga saham
Ha3 : PER berhubungan signifikan dengan harga saham


Berdasarkan output pada table di atas, maka dapat dianalisis hasil  pengujian korelasi segai berikut:
a.       Dari Tabel 4.11 dapat diketahui angka Sig untuk rasio profitabilitas dengan harga saham adalah 0,057. Karena angka tersebut lebih besar dari level of significant 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas tidak  berhubungan secara signifikan terhadap harga saham. Hubungan korelasi (r) antara Rasio Profitabilitas (X1) terhadap harga saham (Y) sebesar 0,563, yang berarti antara Rasio Profitabilitas (X1) terhadap harga saham (Y) memiliki hubungan kuat dan searah artinya apabila rasio profitabilitas  mengalami kenaikan otomatis harga saham juga kan naik. Besarnya koefisien penentu sebesar 0,5632 x 100% yaitu 31,7%.  Hal ini berarti kontribusi rasio profitabilitas terhadap harga saham sebesar 31,7%, dan sisanya 68,3% dipengaruhui oleh faktor eksternal yang mempengaruhi variabel independen seperti tingkat suku bunga, kondisi perekonomian, keadaan keamanan nasional dan internasional, situasi bisnis internasional, bencana alam, dan lain sebagainya.

b.      Dari Tabel 4.11 dapat diketahui angka Sig untuk EPS dengan harga saham adalah 0,01. Karena angka tersebut lebih kecil dari level of significant 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa EPS berhubungan secara signifikan terhadap harga saham. Hubungan korelasi (r) antara EPS (X2) terhadap harga saham (Y) sebesar 0,709, yang berarti antara EPS (X2) terhadap harga saham (Y) memiliki hubungan sangat kuat dan searah artinya apabila EPS  mengalami kenaikan otomatis harga saham juga kan naik. Besarnya koefisien penentu sebesar 0,7092 x 100% yaitu 50,3%.  Hal ini berarti kontribusi EPS terhadap harga saham sebesar 50,3%, dan sisanya dipengaruhui oleh faktor eksternal yang mempengaruhi variabel independen seperti tingkat suku bunga, kondisi perekonomian, keadaan keamanan nasional dan internasional, situasi bisnis internasional, bencana alam, dan lain sebagainya.

c.       Dari Tabel 4.11 dapat diketahui angka Sig untuk PER dengan harga saham adalah 0,160. Karena angka tersebut lebih besar dari level of significant 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa PER tidak berhubungan secara signifikan terhadap harga saham. Hubungan korelasi (r) antara PER (X3) terhadap harga saham (Y) sebesar 0,433, yang berarti antara PER (X3) terhadap harga saham (Y) memiliki hubungan  kuat dan searah artinya apabila PER  mengalami kenaikan otomatis harga saham juga kan naik. Besarnya koefisien penentu sebesar 0,4332 x 100% yaitu 18,7%.  Hal ini berarti kontribusi PER terhadap harga saham sebesar 18,7%, dan sisanya dipengaruhui oleh faktor eksternal yang mempengaruhi variabel independen seperti tingkat suku bunga, kondisi perekonomian, keadaan keamanan nasional dan internasional, situasi bisnis internasional, bencana alam, dan lain sebagainya.

4.4.2        Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih variabel bebas (X1,X2,X3) dengan variabel terikat (Y), apakah masing-masing variabel bebas berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel terikat apakah nilai dari variabel bebas mengalami kenaikan atau penurunan. Di uji regresi linier berganda dilakukan tuntuk mengetahui pengaruh antara rasio profitabilitas, Earning Per Share, dan Price Earning Ratio terhadap harga saham.














Tabel 4.12
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa


Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-1349.15
733.066

-1.84
0.103
Rasio Profitabilitas
-3.223
39.016
-0.043
-0.083
0.936
EPS
24.961
12.72
0.951
1.962
0.085
PER
54.072
10.315
0.69
5.242
0.001
Sumber : Pengolahan Data menggunakan alat statistik SPSS versi 17.0

Berdasarkan table 4.12 dapat ditemukan model persamaan regresi sebagai berikut :


Text Box: Y = -1349,15 + (-3,223) X1 + 24,961 X2 + 54,072 X3
 



Keterangan :
X1     : Rasio Profitabilitas
X2     : EPS
X3     : PER
Berdasarkan model persamaan regresi linier di atas, maka dapat dianalisis sebagai berikut :
1.                  Nilai koefisien konstanta sebesar -1349,15 menyatakan bahwa jika tidak ada penambahan rasio profitabilitas (X1), EPS (X2), PER (X3) atau nilai dari ketiga variabel independen tersebut bernilai 0 (nol), maka besarnya harga saham perusahaan akan turun sebesar Rp 1349,145 .


2.                  Koefisien regresi profitabilitas X1 sebesar -3,223 menyatakan bahwa apabila rasio profitabilitas mengalami peningkatan 1% dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka harga saham akan turun sebesar Rp 3,223. Koefisien bernilai negatif dan tidak searah atau harga saham dan Rasio profitabilitas berbanding terbalik yang artinya semakin kecil Rasio profitabilitas yang dihasilkan maka semakin kecil pula harga sahamnya, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat disebabkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan per triwulannya.

3.                  Koefisien untuk variabel EPS (X2) sebesar 24,96, artinya apabila nilai EPS mengalami peningkatan 1% dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka harga saham akan naik sebesar Rp 24,96. Koefisien bernilai positif artinya ada hubungan positif antara EPS dan harga saham. Jika EPS naik maka harga saham akan meningkat.

4.                  Koefisien untuk variabel PER (X3) sebesar 54,072, artinya apabila nilai PER mengalami peningkatan 1% dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka harga saham akan naik sebesar Rp 54,072. Koefisien bernilai positif artinya hubungan positif antara PER dengan harga saham, nilai PER turun maka harga saham akan meningkat.
.
4.4.3        Analisis Pengujian Hipotesis
a.      R2 / R-Square (Koefisien Determinasi)
Koefisien Determinasi atau Uji R2 digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2, X3) terhadap variabel dependen (Y). Jika R2 sama dengan 0 (nol), maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, sebaliknya jika R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan adalah sempurna. Nilai koefisien R2 dalam analisis regresi dapat digunakan sebagai ukuran untuk menyatakan kecocokan garis regresi yang telah diperoleh, semakin besar nilai R2 (R-square) maka semakin kuat model regresi yang diperoleh untuk menerangkan kondisi yang sebenarnya(Duwi Priyatno,  2010:66).
Berikut adalah tabel R-square yang diolah dengan menggunakan alat satistik SPSS versi 17.0 :

Tabel 4.13
Model Summary R2

Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.974a
0.949
0.93
229.79
a. Predictors: (Constant), PER, EPS, Rasio Profitabilitas
b. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber : Pengolahan Data menggunakan alat statistik SPSS versi 17.0

Dari tabel diatas diperoleh adjusted R-Square atau koefisien determinasi adalah sebesar 0,949. Nilai R-square yang berkisar antara 0 sampai dengan 1. Menyatakan, untuk regresi linear berganda dengan variabel independen lebih dari dua, sebaliknya menggunakan R-square yang sudah di sesuaikan atau       Adjusted R-square (Duwi Priyatno, 2010:66). Angka Adjusted R-square adalah 0.93 atau 93%. Hal ini menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel independen (rasio profitabilitas, EPS, dan PER) terhadap variabel dependen (harga saham) sebesar 0,93 atau 93%, dan sisanya 7% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Sedangkan Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksi nilai Y. Dari hasil regresi di dapat nilai 229,79 atau Rp 229,79 (satuan harga saham), hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam prediksi harga saham sebesar Rp 229,79.

b.      Uji Simultan dengan F-test/Anova
Uji Anova ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu dengan membandingkan antara Fhitung dengan Ftabel pada tingkat kepercayaan 5%.   Berikut adalah tabel uji F / Anova yang diolah dengan menggunakan alat statistik SPSS versi 17.0 :
Tabel 4.14
ANOVAb

Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
7849263.859
3
2616421.286
49.550
.000a
Residual
422427.808
8
52803.476


Total
8271691.667
11



a. Predictors: (Constant), PER, EPS, Rasio Profitabilitas
b. Dependent Variable: Harga Saham

Berdasarkan hasil pengujian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
H0 =   Rasio Profitabilitas, Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap harga saham.
Ha =    Rasio Profitabilitas, Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan output table 4.14 di atas, maka dapat dinyatakan Ho ditolak karena nilai Fhitung 49,550 > Ftabel 4,066 atau Sigf 0,000 < 0,05. Kesimpulannya Rasio Profitabilitas, Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham.
c.       Uji Parsial dengan t-test
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2, X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) ,(Duwi Priyatno, 2010:68).









Tabel 4.15
Hasil Regresi Uji t
Coeficenta
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-1349.15
733.066

-1.84
0.103
Rasio Profitabilitas
-3.223
39.016
-0.043
-0.083
0.936
EPS
24.961
12.72
0.951
1.962
0.085
PER
54.072
10.315
0.69
5.242
0.001
Sumber : Pengolahan Data menggunakan alat statistik SPSS versi 17.0
Analisis tabel coeficient untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen adalah sebagai berikuut :
§  Rasio Profitabilitas
Pengujian hipotesis
a.       Ho dan Ha
Ho : Rasio profitabilitas tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham
Ha : Rasio profitabilitas berpengaruh secara parsial terhadap harga saham
b.      Tingkat signifikan 5%
c.       t hitung -0,083 <  t tabel 2,306 dan memiliki Sigt 0,936 > level of significant 0,05
d.      Keputusan: Ho di terima
e.       Kesimpulan :Rasio profitabilitas tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham

§  EPS
Pengujian hipotesis
a.       Ho dan Ha
Ho : EPS tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham
Ha : EPS berpengaruh secara parsial terhadap harga saham
b.      Tingkat Signifikan 5%
c.       t hitung 1,962 < t tabel 2,306 dan memiliki Sigt 0,085 > level of significant 0,05
d.      Keputusan : Ho di terima
e.       Kesimpulan : EPS tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham

§  PER
Pengujian hipotesis
a.       Ho dan Ha
Ho : PER tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham
Ha : PER berpengaruh secara parsial terhadap harga saham
b.      Tingkat Signifikan 5%
c.       t hitung 5,242 > t tabel 2,306 dan memiliki Sigt 0,001 < level of significant 0,05
d.      Keputusan :Ho di tolak
e.       Kesimpulan : PER berpengaruh secara parsial terhadap harga saham

4.5              Rangkuman Hasil Penelitian
a.      Rasio Profitabilitas (NPM, ROI, dan ROE)
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis korelasi ( r ) antara rasio profitabilitas (X1) terhadap harga saham (Y) didapatkan hasil sebesar 0,563, yang berarti antara Rasio Profitabilitas (X1) terhadap harga saham (Y) memiliki hubungan kuat dan searah artinya apabila rasio profitabilitas  mengalami kenaikan otomatis harga saham juga kan naik. Besarnya koefisien penentu sebesar 0,5632 x 100% yaitu 31,7%.  Hal ini berarti kontribusi rasio profitabilitas terhadap harga saham sebesar 31,7%, dan sisanya 68,3% dipengaruhui oleh faktor eksternal yang mempengaruhi variabel independen seperti tingkat suku bunga, kondisi perekonomian, keadaan keamanan nasional dan internasional, situasi bisnis internasional, bencana alam, dan lain sebagainya.
Berdasarkan Uji Regresi linier berganda, Koefisien regresi profitabilitas sebesar -3,223 menyatakan bahwa apabila rasio profitabilitas mengalami peningkatan 1% dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka harga saham akan turun sebesar Rp 3,223. Koefisien bernilai negatif dan tidak searah.
Berdasarkan Uji t, rasio profitabilitas memiliki nilai t hitung -0.083 < t table 2,306 dan memiliki sig. sebesar 0,936 > 0,05 maka Ho di terima. Hal ini berarti, rasio profitabilitas tidak berpengaruh secra signifikan terhadap harga saham.
b.      EPS (Earning Per Share)
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis korelasi ( r ) antara EPS (X2) terhadap harga saham (Y) didapatkan hasil sebesar 0,709, yang berarti antara EPS (X2) terhadap harga saham (Y) memiliki hubungan sangat kuat dan searah artinya apabila EPS  mengalami kenaikan otomatis harga saham juga kan naik. Besarnya koefisien penentu sebesar 0,7092 x 100% yaitu 50,3%.  Hal ini berarti kontribusi EPS terhadap harga saham sebesar 50,3%, dan sisanya dipengaruhui oleh faktor eksternal.
Berdasarkan Uji Regresi linier berganda, Koefisien untuk variabel EPS (X2) sebesar 24,96, artinya apabila nilai EPS mengalami peningkatan 1% dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka harga saham akan naik sebesar Rp 24,96. Koefisien bernilai positif artinya ada hubungan positif antara EPS dan harga saham. Jika EPS naik maka harga saham akan meningkat.
Berdasarkan Uji t, EPS memiliki nilai t hitung 1.962 < t table 2,306 dan memiliki sig. sebesar 0,085 > 0,05 maka Ho di terima. Hal ini berarti EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.



c.       PER (Price Earning Ratio)
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis korelasi ( r ) antara PER (X3) terhadap harga saham (Y) didapatkan hasil sebesar 0,433, yang berarti antara PER (X3) terhadap harga saham (Y) memiliki hubungan  kuat dan searah artinya apabila PER  mengalami kenaikan otomatis harga saham juga kan naik. Besarnya koefisien penentu sebesar 0,4332 x 100% yaitu 18,7%.  Hal ini berarti kontribusi PER terhadap harga saham sebesar 18,7%, dan sisanya dipengaruhui oleh faktor eksternal.
Berdasarkan Uji Regresi linier berganda, Koefisien untuk variabel PER (X3) sebesar 54,072, artinya apabila nilai PER mengalami peningkatan 1% dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka harga saham akan naik sebesar Rp 54,072. Koefisien bernilai positif artinya hubungan positif antara PER dengan harga saham, nilai PER turun maka harga saham akan meningkat.
Berdasarkan Uji t, PER memiliki nilai t hitung 5.242 > t table 2,306 dan memiliki sig. sebesar 0,001 < 0,05 maka Ho di tolak. Hal ini berarti, PER berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.


PENUTUP


Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas, Earning per share dan Price earning ratio terhadap harga saham baik secara parsial (individu) maupun secara simultan (bersama-sama) pada PT. Kalbe Farma Tbk. untuk periode 2008-2010 dengan menggunakan laporan keuangan triwulanan. Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dan pembahasan yang telah disajikan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Berdasarkan uji koefisien secara parsial (Uji t) diperoleh kesimpulan, untuk rasio profitabilitas memiliki nilai t hitung -0,083 <  t tabel 2,306 dan memiliki Sigt 0,936 > level of significant 0,05, yang artinya Ho diterima. Dengan demikian rasio profitabilitas tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Jadi rasio profitabilitas tidak dapat mempengaruhi perubahan harga saham bila ia hanya berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh variabel lainnya. Untuk Variabel EPS memiliki nilai t hitung 1,962 < t tabel 2,306 dan memiliki Sigt 0,085 > level of significant 0,05, yang berarti Ho diterima. Dengan demikian EPS tidak berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Jadi Earning Per Share tidak dapat mempengaruhi perubahan harga saham bila ia hanya berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh variabel lainnya. Untuk Variabel PER memiliki nilai t hitung 5,242 > t tabel 2,306 dan memiliki Sigt 0,001 < level of significant 0,05, yang berarti Ho ditolak. Dengan demikian PER berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Jadi walalupun tanpa variabel atau faktor lainnya, secara individual PER akan mempengaruhi besar kecil atau naik turunnya harga saham dari PT. Kalbe Farma Tbk.
2.      Berdasarkan uji koefisien secara simultan atau bersama-sama (Uji-F) diperoleh bahwa Fhitung 49,550 > Ftabel 4,066 yang artinya H0 ditolak Ha diterima. Dengan demikian Rasio Profitabilitas, Earning Per Share(EPS) dan Price Earning Ratio(PER) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Jadi dapat disimpulkan bahwa perubahan saham atau naik turunnya harga saham yang terjadi pada Bursa Efek Indonesia secara langsung dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut (rasio profitabilitas, Earning Per Share dan Price Earning Ratio) secara bersamaan, dengan tidak terlalu memerhatikan besarnya pengaruh dari masing-masing variabel tersebut.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada penulis mengemukakan saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan, diantaranya yaitu :
1.      Bagi perusahaan agar lebih meningkatkan rasio profitabilitas dan laba per lembar saham, hal ini di perlukan agar tidak mengecewakan para investor yang telah percaya pada perusahaan dan investor agar lebih giat lagi untuk menanamkan modalnya.
2.      Bagi para investor untuk lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham itu sendiri yaitu kinerja perusahaan melalui laporan keuangan sebagai dasar pertimbangan keputusan investasi. Selain itu juga para investor perlu mempertimbangkan faktor-faktor ekstern diantaranya yaitu  tingkat suku bunga, situasi bisnis global dan nasional, keadaan politik, tingkat situasi dan keamanan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Al Haryono Jusuf. 2003. Dasar-dasar Akuntansi, Jilid I Edisi Keenam, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Bambang Riyanto. 2004. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada.

Brigham, and Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi 11, Jakarta : Salemba Empat
 Duwi Priyanto. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS, Cetakan Pertama, Yogyakarta: MediaKom.
E. Kieso, Donald., et all. 2008. Akuntansi Intermediate, Jilid I Edisi Keduabelas, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta : Rajawi Pers
Munawir. 2010. Analisa Laporan Keuangan, Edisi 4, Yogyakarta: Liberty
Sarjono, haryadi. 2006. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kemungkinan Kebangkrutan Dengan Model Diskriminan Altman Pada Sepuluh Perusahaan Properti di BEJ. Jakarta: Universitas Bunda Mulia
Tony Wijaya. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Zaki Baridwan. 2000. Intermediate Accounting, Edisi 7, Yogyakarta: BPFE.
www.kalbe.co.id, download Maret 2012




Tidak ada komentar:

Posting Komentar