ABSTRAK
ANALISIS
SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT PADA PT. MIRUSA GRAHA
PI.Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2011.
Kata kunci : Sistem Akuntansi, Penjualan
Kredit
Penggunaan sistem
akuntansi dalam perusahaan sangat mempengaruhi keputusan yang akan di ambil
oleh pimpinan. Oleh sebab itu, sistem akuntansi yang dibuat oleh penulis dapat
berguna bagi perusahaan yang terkait. Untuk mengetahui sistem akuntansi
penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA apakah sudah dilaksanakan dengan baik
sesuai dengan standar sistem akuntansi yang telah ditetapkan maka penulis
mengimplementasikan tata cara penjualan kredit ke dalam sistem akuntansi dengan
menggambarkan sistem akuntansi tersebut dengan menggunakan bagan alir dokumen
(flowchart). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
sistem akuntansi penjualan kredit yang sedang berjalan pada PT. MIRUSA GRAHA
dan apakah sistem akuntansi penjualan kredit
tersebut sudah berjalan efektif. Dari hasil yang didapat diketahui bahwa
sistem akuntansi penjualan kredit terdiri dari lima prosedur, yaitu prosedur
bagian marketing, prosedur bagian administrasi, prosedur bagian gudang,prosedur
bagian pengiriman dan prosedur bagian akuntansi. Berdasarkan pembahasan
terhadap sistem penjualan kredit PT. MIRUSA GRAHA, ternyata perusahaan ini
belum menerapkan sistem penjualan dengan baik dimana terdapat bagian yang belum
melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya, serta adanya kerangkapan pada
bagian.
Daftar
Pustaka (2001-2008)
Di Kutip dari PENULISAN ILMIAH MEGAWATI
PENDAHULUAN
Di dalam
perekonomian saat ini, dunia usaha mengalami perkembangan yang begitu
pesat.Perekonomian pun semakin maju, yang diiringi dengan perkembangan di
bidang usaha perdagangan, industri, maupun jasa. Perkembangan ini tidak dapat
menghindari timbulnya masalah-masalah perusahaan yang semakin kompleks. Di lain
pihak, perkembangan itu mempertajam persaingan antarperusahaan.
Untuk menghadapi
persaingan yang ketat sekaligus mengatasi masalah-masalah intern perusahaan itu,
diperlukan suatu koordinasi yang baik dalam setiap bagian yang ada pada
struktur organisasi, sehingga efisiensi dan efektivitas dapat ditingkatkan
dalam menjalankan kegiatan-kegiatan organisasi, terutama kegiatan dalam
tingkatan manajemen. Kegiatan-kegiatan dalam tingkatan manajemen ini
didominasikan oleh pengambilan keputusan, di mana penerapan suatu system
informasi akuntansi yang dapat diandalkan menjadi sangat penting artinya dalam
penyediaan informasi, sebagai masukan utama dalam pertimbangan pengambilan
keputusan.
Oleh karena itu,
manajemen harus mengadakan pendelegasian wewenang dan pembagian tugas yang
tepat serta menyusun jaringan prosedur-prosedur kerja yang terkoordinasi.
Apabila prosedur-prosedur tersebut telah tersusun secara tepat di dalam suatu
sistem informasi akuntansi yang dapat diandalkan, maka pembagian tugas dan
wewenang akan tampak jelas dan mudah dimengerti oleh pihak pelaksana sistem
tersebut. Dengan demikian, tanggung jawab dan peningkatan efisiensi dalam
melaksanakan tugas masing-masing dapat dibebankan sesuai dengan kemampuan
mereka.
Dalam perusahaan
dagang, hasil penjualan merupakan titik utama penentu keberhasilan usaha, tanpa
mengesampingkan pentingnya penekanan tingkat biaya sehubungan dengan penjualan
tersebut. Untuk meningkatkan penjualan, banyak perusahaan menerapkan
kebijaksanaan penjualan kredit yang menyebabkan timbulnya tagihan-tagihan
kepada pelanggan. Ini berarti perusahaan menanamkan investasinya dalam bentuk
piutang usaha. Piutang usaha merupakan salah satu faktor penting dalam
perusahaan, karena dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, terutama
perusahaan yang banyak melakukan penjualan secara kredit.
Namun, adakalanya
perusahaan harus menghadapi masalah, yaitu adanya langganan yang tidak dapat
membayar piutang pada waktu yang ditentukan ataupun tidak melaksanakan
kewajibannya. Oleh karena itu, perlu adanya pengendalian yang baik sesuai
dengan kebijaksanaan perusahaan agar risiko yang merugikan perusahaan dapat
ditekan sekecil mungkin.
Keterlambatan di
dalam membuat manajemen mengharuskan perusahaan mencari sumber dana lain untuk
dapat tetap menjalankan kegiatan perusahaan, di mana hal ini akan menambah
biaya yang sebenarnya tidak perlu seandainya pengendalian piutang usaha oleh
perusahaan sudah baik. Jika pengendalian piutang sudah baik, maka diharapkan
jumlah uang yang tertanam dalam piutang usaha dapat dikembalikan sesuai waktu
yang telah ditentukan dan manajemen perusahaan dapat menggunakan dana tersebut
untuk kelangsungan hidup perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang
terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan (Mulyadi, 2008: 5).
Menurut Narko (2007: 1) “sistem diartikan sebagai suatu kesatuan yang
terdiri dari interaksi elemen-elemen (dikatakan sub-sistem) yang berusaha
mencapai tujuan tertentu”.
Definisi sistem menurut Marshall B. Romney, Paul John Steinbart
(2006:2) dalam
bukunya yang berjudul “Accounting Information System” yang telah disadur
dalam bahasa Indonesia oleh Dewi Fitriasari dan Deni Arnos Kwary, menyebutkan
bahwa: “Sistem merupakan
rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan”.
Pengertian Sistem
Akuntansi
Menurut Narko
(2007: 3), Sistem akuntansi pada umumnya diartikan sebagai jaringan yang
terdiri dari formulir–formulir, catatan–catatan, prosedur-prosedur, alat-alat,
dan sumber daya manusia dalam rangka menghasilkan informasi pada suatu organisasi
untuk keperluan pengawasan, operasi, maupun untuk kepentingan pengambilan
keputusan bisnis bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Mulyadi
(2008: 3), Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan
yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.
Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi
Pada umumnya
sistem akuntansi disusun untuk dapat memenuhi tiga macam tujuan yaitu :
1.
Untuk
meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan sistem. Informasi, khususnya
informasi akuntansi dianggap memiliki kualitas tinggi bila informasi yang
bersangkutan: relevan, tepat waktu, mempunyai daya banding, dapat diuji
kebenarannya, mudah dimengerti, dan lengkap.
2.
Untuk
meningkatkan pengendalian akuntansi dan cek internal. Sistem akuntansi harus
dapat memberi jaminan bahwa informasi akuntansi yang dihasilkannya dapat
diandalkan. Selain itu sistem akuntansi harus menyediakan catatan-catatan yang
lengkap sedemikian rupa sehingga terjamin pertanggungjawaban keamanan harta
milik organisasi.
3.
Untuk
menekan biaya klerikal untuk menyelenggarakan catatan-catatan.
Dalam hal ini
harus diingat bahwa tujuan butir 1 dan 2 harus dicapai
dengan
pertimbangan biaya yang masuk akal.
PENJUALAN
Penjualan merupakan pembelian sesuatu (barang atau jasa) dari suatu pihak
kepada pihak lainnya dengan mendapatkan ganti uang dari pihak tersebut.
Penjualan juga merupakan suatu sumber pendapatan perusahaan, semakin besar
penjualan maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Pengertian penjualan menurut Henry
Simamora (2000;24) dalam
buku “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis”
menyatakan bahwa: “Penjualan adalah
pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan
kepada pelanggan atas barang dan jasa”.
TUJUAN PENJUALAN
Dalam
suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting, karena dengan
adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang dapat menjamin
kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh
perusahaan menurut Basu Swastha (2005:404) dalam bukunya “Manajemen Penjualan”, yaitu:
1. Mencapai volume penjualan tertentu.
2.
Mendapat laba tertentu.
3.
Menunjang pertumbuhan perusahaan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume
penjualan, mendapat laba yang maksimal
dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang pertumbuhan suatu perusahaan.
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Sistem pengendalian intern meliputi struktur
organisai, metode dan ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisai, menegecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi system
pengendalian intern menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada
unsure – unsure yang membentuk system tersebut. Jadi pengertian pengendalian
intern diatas berlaku baik jika dalam perusahaan yang mengolah informasi secara
manual, dengan mesin pembukuan maupun computer. Tujuan dari system pengendalian
intern menurut definisi di atasa adalah :
1.
menjaga kekayaan organisai
2.
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3.
mendorong efisiensi
4.
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut
tujuannya system pengendalian intern dapat divbagi menjadi dua macam yaitu :
pengendalian intern akuntansi dan pengendalian intern administrative.
Pengendalian intern akuntansi, yang merupakan bagian dari system pengendalian intern,
meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran – ukuran yang dikoordinasikan
terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan
keandalan data akutnasni. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin
keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan
dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pengendalian
intern adminstratif terutama utnuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya
kebijakan manajemen.
Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Penjualan
Kredit
Unsur-unsur pokok pengendalian intern adalah:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung
jawab fungsional secara
tegas.
Struktur
organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan.
Pembagian
tanggung jawab fungsional dalam organsasi ini didasarkan pada prinsip – prinsip
yang ada :
1.
Harus dipisahkan fungsi – fungsi operasi dan
penyimpanan dari fungsi
akuntansi.
Fungsi
operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakann suatu
kegiatan. Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan otorisasi dari amanjer
fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi
penyimpanan adalah fungsi yang memilik wewenang utnuk menyimpan aktiva
perusahaan. Fugnsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk
emncatat peristiwa keuangan perusahaan.
2. Suatu
fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap
transaksi.
2. Sistem
wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan
biaya.
Dalam
organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otoritas dari pejabat
yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Dengan
demikian sistem otoritas akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang
dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang
baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai
kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas
dan fungsi setiap unit organisasi.
Cara-cara yang umumnya dipakai oleh
perusahaan dalam menciptakan praktek yang sehat adalah:
a. Pengunaan formulir bernomor
urut tercetak yang pemakaiannya harus
dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
Karena
formulir merupakan alat utnuk memberikan otorisasi terlaksananya transaski,
maka pengendalian pemakaiannya dengan menggunakan nomor urut tercetak, akan
dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksananya transaksi.
b. Pemeriksaan mendadak.
Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa
pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang
tidak teratur. Jika dalam suatu organisasi dilaksanakan pemeriksaan mendadak
terhadap kegiatan – kegiatan pokoknya, hal ini akan mendorong karyawan
melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan
dari awal sampai akhir oleh
satu orang atau satu unit organisasi, tanpa campur
tangan dari ornag atau unit organsasi lain.
Karena
setiap transaksi dilaksanakan dengan campur tangan pihak lain, sehingga terjadi
internal check terhadap pelaksanaan tugas setiap unti organsasi yang terkait,
maka setiap unit organsasi akan melaksanakan praktik yang sehat dalam
pelaksanaan tugasnya.
d.
Perputaran jabatan
Perputaran
jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat
dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan di antara mereka dapat
dihindari.
e. Keharusan pengambilan cuti
bagi karyawan yang berhak
Karyawan
kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya. Selama cuti,
jabatan karyawan yang bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat
lain, sehingga seandainya terjadi kecurangan dalam departemen yang
bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh pejabat yang menggantikan untuk
sementara tersebut.
f. Secara periodik diadakan
fisik kekayaan dengan catatannya.
Untuk
menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan
akuntansinya, secara periodik harus diadakan pencocokan atau rekonsiliasi
antara kekayaan secara fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
kekayaan tersebut.
g. Pembentukan
unit organisasi yang bertugas untuk mengecek
efektivitas unsure – unsure pengendalia intern yang lain.
Unit
organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf pemeriksa intern. Agar
efektif dalam menjalankan tugasnya, satuan pengawas intern ini harus tidak
melaksanakan fungsi operasi, fugnsi penyimpan, dan fungsi akuntansi, serta
harus bertanggungjawab langsung kepada manajemen puncak ( direktur utama ).
Adanya satuan pengawas intern dalam perusahaan akan menajamin efektivitas
unsur- unsur sistem pengendalian intern sehingga kekayaan perusahaan akan
terjamin keamanannya dan data akunatnsi akan terjamin ketelitian dan
keandalannya.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung
jawabnya.
Di
antara empat unsur pokok pengendalian intern yang telah disebutkan, unsur mutu
karyawan merupakan unsur pengendalian intern yang paling penting. Karyawan yang
jujur dan ahli dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya akan dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan efesien dan efektif, meskipun hanya sedikit
unsur pengendalian intern yang mendukungnya.
Untuk
mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, ada 2 cara yang dapat
ditempuh yaitu, :
1. Seleksi calon
karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.
2.
Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai
dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
SISTEM PENJUALAN
Fungsi yang terkait dalam system penjualan kredit
dengan kartu kredit perusahaan adalah :
1.
Fungsi kredit
Dalam transaksi penjualan
kredit dengan kartu kredit, fungsi ini bertanggung jawab atas pemberian kartu
kredit kepada pelanggan terpilih. Dalam system penjualan kredit dengan kartu
kredit, fungsi kartu kredit tidak diperlukan lagi otorisasinya karena otorisasi
pemberian kredit sudah tercemin dari kartu kredit yang ditunjukkan oleh
pelanggan saat melakukan pembelian.
2.
Fungsi penjualan
Dalam system penjualan
denga kartu kredit, fungsi penjualan bertanggung jawab melayani kebutuhan
barang pelanggan. Fungsi penjualan mengisi faktur penjualan kartu kredit untuk
memungkinkan fungsi gudang dan fugnsi pengiriman melaksanakan penyerahan barang
kepada pelanggan.
3.
Fungsi gudang
Dalam system penjualan,
fungsi gudang menyediakan barang yang diperlukan oleh pelanggan sesuai dengan
yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari
fungsi penjualan.
4.
Fungsi pengiriman
Fungsi ini bertanggung
jawab utnuk menyerahkan barang yang kuantitas, mutu, dan spesifikasinya sesuai
dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu kredit yang diterima
dari fungsi penjualan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk memperoleh tanda
tangan dari pelanggan di atas faktur penjualan kartu kredit sebagai bukti telah
diterimanya yang dibeli oleh pelanggan.
5.
Fungsi akuntansi
Fungsi ini bertanggung
jawab untuk mencatat transaksi bertambahnya piutang kepada pelanggan ke dalam
kartu piutang berdasarkan faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari
fungsi pengiriman.
6.
Fungsi pengihan
Fungsi ini bertanggung
jawab untuk membuat surat
tagihan secara periodik kepada pemegang kartu kredit.
Untuk sistem penjualan
yang dilakukan secara kredit juga dibutuhkan informasi yang diperlukan oleh
manajemen perusahaan yang meliputi:
1.
Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk
atau kelompok produk selama jangka waktu
tertentu.
2.
Jumlah piutang kepada setiap debitur dari
transaksi penjualan kredit.
3.
Jumlah harga pokok produk yang dijual selama
jangka waktu tertentu.
4.
Nama dan alamat pembeli
5.
Kualitas produk yang dijual
6.
Nama
salesmen yang melakukan penjualan
7.
Otoritas pejabat yang berwenang
Untuk menghasilkan
berbagai macam informasi tersebut, perlu dirancang:
1.
Dokumen untuk merekam berbagai data yang akan
diolah menjadi informasi yang diperlukan
oleh manajemen.
2.
Catatan akuntansi untuk mengolah data yang
direkam dalam dokuken tersebut.
3.
Unit organisasi yang melaksanakan transaksi
penjualan kredit.
4.
Jaringan prosedur untuk melaksanakan kegiatan
penjualan kredit dan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan oleh
manajemen.
METODE PENELITIAN
OBJEK PENELITIAN
Objek dari penelitian ini adalah PT. MIRUSA GRAHA yang terletak di alamat Jalan Guntur no.32,
Manggarai, Jakarta Selatan.. Perusahaan ini bergerak dibidang jasa penjualan
kredit dan tunai sejak tahun 1994. Surat
permohonan izin tentang penyelenggaraan perusahaan ini adalah :
NO. 20203.39043-4/21-01-2000.
DATA/VARIABEL YANG DIGUNAKAN
Data
yang digunakan dalam penelitian berupa data primer yaitu data berupa keterangan-keterangan dari
bagian-bagian yang terkait, seperti prosedur sistem akuntansi penerimaan kas
yang sedang berjalan.
Ada pun data yang
penulis peroleh dari perusahaan tersebut antara lain:
1. Sales order
2. Invoices
3. Surat
jalan
4. Kartu piutang
5. Surat
Persetujuan Kredit (SPK)
Alat Analisis
yang Digunakan
Alat
analisis yang digunakan yaitu berupa flowchart (bagan alir) dengan cara
mendeskripsikannya.
3.3
Metode Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan ilmiah ini, penulis
menggunakan metode sebagai berikut:
1.
Studi
Pustaka
Pengumpulan
data diambil dari referensi buku-buku perpustakaan, catatan-catatan,
literatur-literatur, serta situs internet yang ada hubungannya dengan penulisan
ilmiah ini sebagai latar belakang pengetahuan.
2.
Wawancara
Metode ini
dilakukan penulis melalui wawancara kepada pihak yang kompeten untuk memperoleh
data yang dibutuhkan dalam penyusunan penulisan ilmiah ini.
4.2.3
Alur Dokumen PT. MIRUSA GRAHA
Gambar
4.1
Alir Dokumen pada Bagian Penjualan
4.3
Evaluasi Sistem
Sistem akuntansi sangat
penting bagi perusahaan, karena menggambarkan atau mendeskripsikan sistem
pencatatan yang manual ke pencatatan yang berupa bagan alur flowchart. Sistem
akuntansi hampir mewakili semua informasi yang ada selama perusahaan tersebut
berjalan. Penggunaan bagan alur berupa flowchart untuk merancang sistem
informasi sangat diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan.
4.3.1
Kelebihan
Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Adapun kelebihan sistem
akuntansi PT. MIRUSA GRAHA yang sudah berjalan adalah sebagai berikut :
1. Pada sistem akuntansi penjualan kredit
pada PT. MIRUSA GRAHA terdapat 5 bagian yaitu bagian penjualan, bagian kredit,
bagian gudang, bagian pengiriman dan bagian akuntansu sehingga terdapat
pemisahan fungsi supaya tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan.
2. Pada
prosedur sistem akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA pelanggan atau
konsumen bisa mengorder barang tanpa harus datang langsung, karena bisa memesan
via telepon, email atau fax sehingga mempermudah konsumen untuk mendapatka
barang yamg diinginkan.
4.3.2
Kekurangan
Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Dalam sistem akuntansi
penjualan kredit PT. MIRUSA GRAHA memiliki kekurangan yaitu :
1.
Pada
saat konsumen akan melakukan transaksi pembelian barang bagian penjualan tidak
membuat formulir permohonan kredit sehingga bagian kredit tidak tahu apakah
permohonan kredit konsumen sudah disetujui atau belum.
2.
Pada
perusahaan tersebut tidak ada bagian penagihan, dimana dengan adanya bagian ini
tagihan konsumen akan terjadi secara periodik sehingga penerimaan kas akan
berjalan dengan lancar.
Dokumen yang Digunakan
1. Surat Order Penjualan
(SOP)
2. Surat Persetujuan Kredit
(SPK)
3. Surat Pengiriman (SP)
4. Tanda
Terima Barang (TTB)
5. Surat Tagihan (ST)
6. Surat Jalan Kecil ( SJK )
7. Surat Jalan Besar ( SJB )
8. Formulir
Permohonan Kredit ( FPK )
Bagan Alir Data
(Flowchart) Sistem Akuntansi Usulan
Gambar
4.7
Alir Dokumen
pada Bagian Kredit
Gambar 4.8
Alir Dokumen
pada Bagian Gudang
Gambar 4.9
Alir Dokumen
pada Bagian Pengiriman
Gambar 4.10
Bagian Penagihan
Gambar 4.11
Bagian Akuntansi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada sistem
akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA diketahui terdapat beberapa
kelemahan pada prosedur pelayanan yang sedang berjalan. Prosedur pelayanan tersebut
dinilai tidak efektif karena ada beberapa prosedur yang tidak sesuai dengan
sistem pengendalian intern sebagai berikut :
1.
Sistem akuntansi penjualan kredit yang berjalan
pada PT. MIRUSA GRAHA diketahui memiliki lima prosedur, yaitu prosedur bagian
penjualan, prosedur bagian kredit, prosedur bagian gudang, prosedur bagian
pengiriman, dan prosedur bagian akuntansi. Namun bagian akuntansi memegang
peran sebagai bagian penagihan .
2.
Sistem akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA
GRAHA berjalan kurang efektif dikarenakan pada sistem akuntansi tersebut kurang
sesuai dengan standart sistem akuntansi yang telah ditetapkan karena memiliki
kelemahan dalam prosedur penjualan kredit yaitu ada bagian yang dipegang oleh
satu orang karyawan pada bagian yang sama.
5.2 Saran
Untuk memperbaiki kelemahan dalam prosedur sistem
akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA, penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1.
Pada
saat konsumen akan melakukan transaksi penjualan kredit bagian penjualan
membuat formulir pemohonan kredit sebagai data konsumen di perusahaan, sehingga
bisa mengetahui kesanggupan dalam membayar tagihan ketika sudah memasuki jatuh
tempo pembayaran.
2.
Pada
beberapa periode dilakukan sistem perputaran jabatan, sehingga bisa saling
mengkoreksi kesalahan atau manipulasi karyawan yang sebelumnya berada pada
bagian tersebut untuk mengurangi tindakan ilegal pada perusahaan.
3.
Sebaiknya
pada setiap bagian penjualan tersebut ada satu orang yang bekerja sebagai
pimpinan teratas yang berfungsi untuk mengatur, mengawasi dan memeriksa segala
kegiatan yang ada pada bagian tersebut.
4.
Untuk
tugas Bagian Penagihan seharusnya tidak dilakukan oleh Bagian Akuntansi, karena
hal tersebut tidak akan berjalan dengan aman dimana 1 bagian melakukan 2 tugas
sekaligus antara menagih pada konsumen dan melakukan perncatatan akuntansi.
5.
Sanksi
yang diberikan harus tegas apabila ada bagian yang melakukan penyimpangan dalam
proses penjualan kredit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki.2004.Intermediate
Accounting.Yogyakarta:BPFE.
Jusup, Al. Haryono.2001.Dasar-Dasar
Akuntansi.Yogyakarta:STIE YKPN.
Mulyadi.2008.Sistem Akuntansi.Jakarta:Salemba
Empat.
Narko.2007.Sistem Akuntansi.Yogyakarta:Yayasan
Pustaka Nusatama.
Risdiyana, Anita.2007.”Sistem Penerimaan Kas pada
PD. BPR BKK Blora Kota Cabang Jepon”.Semarang:Fakultas Ekonomi.Universitas
Negeri Semarang.
Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D.Bandung:Alfabeta.
Bodnar,
George H. dan William S. Hopwood yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dan
Rudi M. Tambunan, 2000, Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu, Edisi
Keenam, Salemba Empat, Jakarta.
Romney,
Marshall B. dan Paul John Steinbart, 2006, Accounting Information System
(Sistem Informasi Akuntansi), Buku Satu, Edisi Kesembilan, Salemba Empat,
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar