Minggu, 09 Juni 2013



ABSTRAK

ANALISIS SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN KREDIT PADA PT. MIRUSA GRAHA
PI.Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2011.
Kata kunci : Sistem Akuntansi, Penjualan Kredit

Penggunaan sistem akuntansi dalam perusahaan sangat mempengaruhi keputusan yang akan di ambil oleh pimpinan. Oleh sebab itu, sistem akuntansi yang dibuat oleh penulis dapat berguna bagi perusahaan yang terkait. Untuk mengetahui sistem akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA apakah sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan standar sistem akuntansi yang telah ditetapkan maka penulis mengimplementasikan tata cara penjualan kredit ke dalam sistem akuntansi dengan menggambarkan sistem akuntansi tersebut dengan menggunakan bagan alir dokumen (flowchart). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem akuntansi penjualan kredit yang sedang berjalan pada PT. MIRUSA GRAHA dan apakah sistem akuntansi penjualan kredit  tersebut sudah berjalan efektif. Dari hasil yang didapat diketahui bahwa sistem akuntansi penjualan kredit terdiri dari lima prosedur, yaitu prosedur bagian marketing, prosedur bagian administrasi, prosedur bagian gudang,prosedur bagian pengiriman dan prosedur bagian akuntansi. Berdasarkan pembahasan terhadap sistem penjualan kredit PT. MIRUSA GRAHA, ternyata perusahaan ini belum menerapkan sistem penjualan dengan baik dimana terdapat bagian yang belum melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya, serta adanya kerangkapan pada bagian.

Daftar Pustaka (2001-2008)
Di Kutip dari PENULISAN ILMIAH MEGAWATI






PENDAHULUAN
Di dalam perekonomian saat ini, dunia usaha mengalami perkembangan yang begitu pesat.Perekonomian pun semakin maju, yang diiringi dengan perkembangan di bidang usaha perdagangan, industri, maupun jasa. Perkembangan ini tidak dapat menghindari timbulnya masalah-masalah perusahaan yang semakin kompleks. Di lain pihak, perkembangan itu mempertajam persaingan antarperusahaan.
Untuk menghadapi persaingan yang ketat sekaligus mengatasi masalah-masalah intern perusahaan itu, diperlukan suatu koordinasi yang baik dalam setiap bagian yang ada pada struktur organisasi, sehingga efisiensi dan efektivitas dapat ditingkatkan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan organisasi, terutama kegiatan dalam tingkatan manajemen. Kegiatan-kegiatan dalam tingkatan manajemen ini didominasikan oleh pengambilan keputusan, di mana penerapan suatu system informasi akuntansi yang dapat diandalkan menjadi sangat penting artinya dalam penyediaan informasi, sebagai masukan utama dalam pertimbangan pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, manajemen harus mengadakan pendelegasian wewenang dan pembagian tugas yang tepat serta menyusun jaringan prosedur-prosedur kerja yang terkoordinasi. Apabila prosedur-prosedur tersebut telah tersusun secara tepat di dalam suatu sistem informasi akuntansi yang dapat diandalkan, maka pembagian tugas dan wewenang akan tampak jelas dan mudah dimengerti oleh pihak pelaksana sistem tersebut. Dengan demikian, tanggung jawab dan peningkatan efisiensi dalam melaksanakan tugas masing-masing dapat dibebankan sesuai dengan kemampuan mereka.
Dalam perusahaan dagang, hasil penjualan merupakan titik utama penentu keberhasilan usaha, tanpa mengesampingkan pentingnya penekanan tingkat biaya sehubungan dengan penjualan tersebut. Untuk meningkatkan penjualan, banyak perusahaan menerapkan kebijaksanaan penjualan kredit yang menyebabkan timbulnya tagihan-tagihan kepada pelanggan. Ini berarti perusahaan menanamkan investasinya dalam bentuk piutang usaha. Piutang usaha merupakan salah satu faktor penting dalam perusahaan, karena dapat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan, terutama perusahaan yang banyak melakukan penjualan secara kredit.
Namun, adakalanya perusahaan harus menghadapi masalah, yaitu adanya langganan yang tidak dapat membayar piutang pada waktu yang ditentukan ataupun tidak melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu, perlu adanya pengendalian yang baik sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan agar risiko yang merugikan perusahaan dapat ditekan sekecil mungkin.
Keterlambatan di dalam membuat manajemen mengharuskan perusahaan mencari sumber dana lain untuk dapat tetap menjalankan kegiatan perusahaan, di mana hal ini akan menambah biaya yang sebenarnya tidak perlu seandainya pengendalian piutang usaha oleh perusahaan sudah baik. Jika pengendalian piutang sudah baik, maka diharapkan jumlah uang yang tertanam dalam piutang usaha dapat dikembalikan sesuai waktu yang telah ditentukan dan manajemen perusahaan dapat menggunakan dana tersebut untuk kelangsungan hidup perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan (Mulyadi, 2008: 5).
Menurut Narko (2007: 1) “sistem diartikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari interaksi elemen-elemen (dikatakan sub-sistem) yang berusaha mencapai tujuan tertentu”.
Definisi sistem menurut Marshall B. Romney, Paul John Steinbart (2006:2) dalam bukunya yang berjudul “Accounting Information System” yang telah disadur dalam bahasa Indonesia oleh Dewi Fitriasari dan Deni Arnos Kwary, menyebutkan bahwa: “Sistem merupakan rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan”.
Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Narko (2007: 3), Sistem akuntansi pada umumnya diartikan sebagai jaringan yang terdiri dari formulir–formulir, catatan–catatan, prosedur-prosedur, alat-alat, dan sumber daya manusia dalam rangka menghasilkan informasi pada suatu organisasi untuk keperluan pengawasan, operasi, maupun untuk kepentingan pengambilan keputusan bisnis bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Mulyadi (2008: 3), Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.

Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi
Pada umumnya sistem akuntansi disusun untuk dapat memenuhi tiga macam tujuan yaitu :
1.        Untuk meningkatkan kualitas informasi yang dihasilkan sistem. Informasi, khususnya informasi akuntansi dianggap memiliki kualitas tinggi bila informasi yang bersangkutan: relevan, tepat waktu, mempunyai daya banding, dapat diuji kebenarannya, mudah dimengerti, dan lengkap.
2.        Untuk meningkatkan pengendalian akuntansi dan cek internal. Sistem akuntansi harus dapat memberi jaminan bahwa informasi akuntansi yang dihasilkannya dapat diandalkan. Selain itu sistem akuntansi harus menyediakan catatan-catatan yang lengkap sedemikian rupa sehingga terjamin pertanggungjawaban keamanan harta milik organisasi.
3.        Untuk menekan biaya klerikal untuk menyelenggarakan catatan-catatan.
Dalam hal ini harus diingat bahwa tujuan butir 1 dan 2 harus dicapai
dengan pertimbangan biaya yang masuk akal.

PENJUALAN
Penjualan merupakan pembelian sesuatu (barang atau jasa) dari suatu pihak kepada pihak lainnya dengan mendapatkan ganti uang dari pihak tersebut. Penjualan juga merupakan suatu sumber pendapatan perusahaan, semakin besar penjualan maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh perusahaan.
Pengertian penjualan menurut Henry Simamora (2000;24) dalam buku “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis” menyatakan bahwa: “Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa”.
TUJUAN PENJUALAN
Dalam suatu perusahaan kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut maka akan terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut Basu Swastha (2005:404) dalam bukunya “Manajemen Penjualan”,  yaitu:
                1. Mencapai volume penjualan tertentu.
                2. Mendapat laba tertentu.
                3. Menunjang pertumbuhan perusahaan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan umum perusahaan dalam kegiatan penjualan adalah untuk mencapai volume penjualan,  mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang pertumbuhan suatu  perusahaan.
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisai, metode dan ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisai, menegecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Definisi system pengendalian intern menekankan tujuan yang hendak dicapai, dan bukan pada unsure – unsure yang membentuk system tersebut. Jadi pengertian pengendalian intern diatas berlaku baik jika dalam perusahaan yang mengolah informasi secara manual, dengan mesin pembukuan maupun computer. Tujuan dari system pengendalian intern menurut definisi di atasa adalah :
                1. menjaga kekayaan organisai
                2. mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
                3. mendorong efisiensi
                4. mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
                Menurut tujuannya system pengendalian intern dapat divbagi menjadi dua macam yaitu : pengendalian intern akuntansi dan pengendalian intern administrative. Pengendalian intern akuntansi, yang merupakan bagian dari system pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran – ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akutnasni. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pengendalian intern adminstratif terutama utnuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.


Unsur Pengendalian Intern dalam Sistem Penjualan Kredit
Unsur-unsur pokok pengendalian intern adalah:
1.   Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
      tegas. 
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional   kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan.
Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organsasi ini didasarkan pada prinsip – prinsip yang ada :
1.       Harus dipisahkan fungsi – fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi
      akuntansi.
Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakann suatu kegiatan. Setiap kegiatan dalam perusahaan memerlukan otorisasi dari amanjer fungsi yang memiliki wewenang untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Fungsi penyimpanan adalah fungsi yang memilik wewenang utnuk menyimpan aktiva perusahaan. Fugnsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki wewenang untuk emncatat peristiwa keuangan perusahaan.
2.       Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap transaksi.
2.    Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup  terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otoritas dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Dengan demikian sistem otoritas akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
3.    Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
        Cara-cara yang umumnya dipakai oleh perusahaan dalam menciptakan praktek yang sehat adalah:
a.    Pengunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus
     dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.
Karena formulir merupakan alat utnuk memberikan otorisasi terlaksananya transaski, maka pengendalian pemakaiannya dengan menggunakan nomor urut tercetak, akan dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksananya transaksi.
b.    Pemeriksaan mendadak.
Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur. Jika dalam suatu organisasi dilaksanakan pemeriksaan mendadak terhadap kegiatan – kegiatan pokoknya, hal ini akan mendorong karyawan melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
c.     Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh
satu  orang atau satu unit organisasi, tanpa campur tangan dari ornag atau unit organsasi lain.
Karena setiap transaksi dilaksanakan dengan campur tangan pihak lain, sehingga terjadi internal check terhadap pelaksanaan tugas setiap unti organsasi yang terkait, maka setiap unit organsasi akan melaksanakan praktik yang sehat dalam pelaksanaan tugasnya.
                d.    Perputaran jabatan
Perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya, sehingga persekongkolan di antara mereka dapat dihindari.
e.    Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak
Karyawan kunci perusahaan diwajibkan mengambil cuti yang menjadi haknya. Selama cuti, jabatan karyawan yang bersangkutan digantikan untuk sementara oleh pejabat lain, sehingga seandainya terjadi kecurangan dalam departemen yang bersangkutan, diharapkan dapat diungkap oleh pejabat yang menggantikan untuk sementara tersebut.
f.     Secara periodik diadakan fisik kekayaan dengan catatannya.
Untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya, secara periodik harus diadakan pencocokan atau rekonsiliasi antara kekayaan secara fisik dengan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan kekayaan tersebut.
g.    Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek  efektivitas unsure – unsure pengendalia intern yang lain.  
        Unit organisasi ini disebut satuan pengawas intern atau staf pemeriksa intern. Agar efektif dalam menjalankan tugasnya, satuan pengawas intern ini harus tidak melaksanakan fungsi operasi, fugnsi penyimpan, dan fungsi akuntansi, serta harus bertanggungjawab langsung kepada manajemen puncak ( direktur utama ). Adanya satuan pengawas intern dalam perusahaan akan menajamin efektivitas unsur- unsur sistem pengendalian intern sehingga kekayaan perusahaan akan terjamin keamanannya dan data akunatnsi akan terjamin ketelitian dan keandalannya.
4.   Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Di antara empat unsur pokok pengendalian intern yang telah disebutkan, unsur mutu karyawan merupakan unsur pengendalian intern yang paling penting. Karyawan yang jujur dan ahli dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya akan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efesien dan efektif, meskipun hanya sedikit unsur pengendalian intern yang mendukungnya.
Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya, ada 2 cara yang dapat ditempuh yaitu, :
1.  Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.
2. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
SISTEM PENJUALAN
Fungsi yang terkait dalam system penjualan kredit dengan kartu kredit perusahaan adalah :
1.       Fungsi kredit
Dalam transaksi penjualan kredit dengan kartu kredit, fungsi ini bertanggung jawab atas pemberian kartu kredit kepada pelanggan terpilih. Dalam system penjualan kredit dengan kartu kredit, fungsi kartu kredit tidak diperlukan lagi otorisasinya karena otorisasi pemberian kredit sudah tercemin dari kartu kredit yang ditunjukkan oleh pelanggan saat melakukan pembelian.
2.       Fungsi penjualan
Dalam system penjualan denga kartu kredit, fungsi penjualan bertanggung jawab melayani kebutuhan barang pelanggan. Fungsi penjualan mengisi faktur penjualan kartu kredit untuk memungkinkan fungsi gudang dan fugnsi pengiriman melaksanakan penyerahan barang kepada pelanggan.
3.       Fungsi gudang
Dalam system penjualan, fungsi gudang menyediakan barang yang diperlukan oleh pelanggan sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi penjualan.
4.       Fungsi pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab utnuk menyerahkan barang yang kuantitas, mutu, dan spesifikasinya sesuai dengan yang tercantum dalam tembusan faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi penjualan. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk memperoleh tanda tangan dari pelanggan di atas faktur penjualan kartu kredit sebagai bukti telah diterimanya yang dibeli oleh pelanggan.
5.       Fungsi akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat transaksi bertambahnya piutang kepada pelanggan ke dalam kartu piutang berdasarkan faktur penjualan kartu kredit yang diterima dari fungsi pengiriman.


6.       Fungsi pengihan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat surat tagihan secara periodik kepada pemegang kartu kredit.
Untuk sistem penjualan yang dilakukan secara kredit juga dibutuhkan informasi yang diperlukan oleh manajemen perusahaan yang meliputi:
1.       Jumlah pendapatan penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk  selama jangka waktu tertentu.
2.       Jumlah piutang kepada setiap debitur dari transaksi penjualan kredit.
3.       Jumlah harga pokok produk yang dijual selama jangka waktu tertentu.
4.       Nama dan alamat pembeli
5.       Kualitas produk yang dijual
6.        Nama salesmen yang melakukan penjualan
7.       Otoritas pejabat yang berwenang
Untuk menghasilkan berbagai macam informasi tersebut, perlu dirancang:
1.       Dokumen untuk merekam berbagai data yang akan diolah menjadi informasi yang  diperlukan oleh manajemen.
2.       Catatan akuntansi untuk mengolah data yang direkam dalam dokuken tersebut.
3.       Unit organisasi yang melaksanakan transaksi penjualan kredit.
4.       Jaringan prosedur untuk melaksanakan kegiatan penjualan kredit dan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan oleh manajemen.

METODE PENELITIAN
OBJEK PENELITIAN
Objek dari penelitian ini adalah PT. MIRUSA GRAHA yang terletak di alamat Jalan Guntur no.32, Manggarai, Jakarta Selatan.. Perusahaan ini bergerak dibidang jasa penjualan kredit dan tunai sejak tahun 1994. Surat permohonan izin tentang penyelenggaraan perusahaan ini adalah :
NO. 20203.39043-4/21-01-2000.

DATA/VARIABEL YANG DIGUNAKAN
Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer yaitu data berupa keterangan-keterangan dari bagian-bagian yang terkait, seperti prosedur sistem akuntansi penerimaan kas yang sedang berjalan.
Ada pun data yang penulis peroleh dari perusahaan tersebut antara lain:
1. Sales order
2. Invoices
3. Surat jalan
4. Kartu piutang
5. Surat Persetujuan Kredit (SPK)

Alat Analisis yang Digunakan
Alat analisis yang digunakan yaitu berupa flowchart (bagan alir) dengan cara mendeskripsikannya.

3.3               Metode Pengumpulan Data
                Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan ilmiah ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1.       Studi Pustaka
Pengumpulan data diambil dari referensi buku-buku perpustakaan, catatan-catatan, literatur-literatur, serta situs internet yang ada hubungannya dengan penulisan ilmiah ini sebagai latar belakang pengetahuan.
2.       Wawancara
Metode ini dilakukan penulis melalui wawancara kepada pihak yang kompeten untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penyusunan penulisan ilmiah ini.
4.2.3          Alur Dokumen PT. MIRUSA GRAHA
Gambar 4.1
Alir Dokumen pada Bagian Penjualan

4.3         Evaluasi Sistem
Sistem akuntansi sangat penting bagi perusahaan, karena menggambarkan atau mendeskripsikan sistem pencatatan yang manual ke pencatatan yang berupa bagan alur flowchart. Sistem akuntansi hampir mewakili semua informasi yang ada selama perusahaan tersebut berjalan. Penggunaan bagan alur berupa flowchart untuk merancang sistem informasi sangat diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan.
4.3.1                        Kelebihan Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Adapun kelebihan sistem akuntansi PT. MIRUSA GRAHA yang sudah berjalan adalah sebagai berikut :
1.       Pada sistem akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA terdapat 5 bagian yaitu bagian penjualan, bagian kredit, bagian gudang, bagian pengiriman dan bagian akuntansu sehingga terdapat pemisahan fungsi supaya tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan.
2.       Pada prosedur sistem akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA pelanggan atau konsumen bisa mengorder barang tanpa harus datang langsung, karena bisa memesan via telepon, email atau fax sehingga mempermudah konsumen untuk mendapatka barang yamg diinginkan. 

4.3.2                        Kekurangan Sistem Akuntansi Penjualan Kredit
Dalam sistem akuntansi penjualan kredit PT. MIRUSA GRAHA memiliki kekurangan yaitu :
1.       Pada saat konsumen akan melakukan transaksi pembelian barang bagian penjualan tidak membuat formulir permohonan kredit sehingga bagian kredit tidak tahu apakah permohonan kredit konsumen sudah disetujui atau belum.
2.       Pada perusahaan tersebut tidak ada bagian penagihan, dimana dengan adanya bagian ini tagihan konsumen akan terjadi secara periodik sehingga penerimaan kas akan berjalan dengan lancar. 
Dokumen yang Digunakan
1.       Surat Order Penjualan (SOP)
2.       Surat Persetujuan Kredit (SPK)
3.       Surat Pengiriman (SP)
4.       Tanda Terima Barang (TTB)
5.       Surat Tagihan (ST)
6.       Surat Jalan Kecil ( SJK )
7.       Surat Jalan Besar ( SJB )
8.       Formulir Permohonan Kredit ( FPK )


Bagan Alir Data (Flowchart) Sistem Akuntansi Usulan


Gambar 4.7
Alir Dokumen pada Bagian Kredit
           

Gambar 4.8
Alir Dokumen pada Bagian Gudang
Gambar 4.9
Alir Dokumen pada Bagian Pengiriman
Gambar 4.10
Bagian Penagihan


               
Gambar 4.11
Bagian Akuntansi
BAB V
PENUTUP

5.1       Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian pada sistem akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA diketahui terdapat beberapa kelemahan pada prosedur pelayanan yang sedang berjalan. Prosedur pelayanan tersebut dinilai tidak efektif karena ada beberapa prosedur yang tidak sesuai dengan sistem pengendalian intern sebagai berikut :
1.      Sistem akuntansi penjualan kredit yang berjalan pada PT. MIRUSA GRAHA diketahui memiliki lima prosedur, yaitu prosedur bagian penjualan, prosedur bagian kredit, prosedur bagian gudang, prosedur bagian pengiriman, dan prosedur bagian akuntansi. Namun bagian akuntansi memegang peran sebagai bagian penagihan .
2.      Sistem akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA berjalan kurang efektif dikarenakan pada sistem akuntansi tersebut kurang sesuai dengan standart sistem akuntansi yang telah ditetapkan karena memiliki kelemahan dalam prosedur penjualan kredit yaitu ada bagian yang dipegang oleh satu orang karyawan pada bagian yang sama.
5.2       Saran
Untuk memperbaiki kelemahan dalam prosedur sistem akuntansi penjualan kredit pada PT. MIRUSA GRAHA, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1.      Pada saat konsumen akan melakukan transaksi penjualan kredit bagian penjualan membuat formulir pemohonan kredit sebagai data konsumen di perusahaan, sehingga bisa mengetahui kesanggupan dalam membayar tagihan ketika sudah memasuki jatuh tempo pembayaran.
2.      Pada beberapa periode dilakukan sistem perputaran jabatan, sehingga bisa saling mengkoreksi kesalahan atau manipulasi karyawan yang sebelumnya berada pada bagian tersebut untuk mengurangi tindakan ilegal pada perusahaan.
3.      Sebaiknya pada setiap bagian penjualan tersebut ada satu orang yang bekerja sebagai pimpinan teratas yang berfungsi untuk mengatur, mengawasi dan memeriksa segala kegiatan yang ada pada bagian tersebut.
4.      Untuk tugas Bagian Penagihan seharusnya tidak dilakukan oleh Bagian Akuntansi, karena hal tersebut tidak akan berjalan dengan aman dimana 1 bagian melakukan 2 tugas sekaligus antara menagih pada konsumen dan melakukan perncatatan akuntansi.
5.      Sanksi yang diberikan harus tegas apabila ada bagian yang melakukan penyimpangan dalam proses penjualan kredit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki.2004.Intermediate Accounting.Yogyakarta:BPFE.
Jusup, Al. Haryono.2001.Dasar-Dasar Akuntansi.Yogyakarta:STIE YKPN.
Mulyadi.2008.Sistem Akuntansi.Jakarta:Salemba Empat.
Narko.2007.Sistem Akuntansi.Yogyakarta:Yayasan Pustaka Nusatama.
Risdiyana, Anita.2007.”Sistem Penerimaan Kas pada PD. BPR BKK Blora Kota Cabang Jepon”.Semarang:Fakultas Ekonomi.Universitas Negeri Semarang.
Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:Alfabeta.
Bodnar, George H. dan William S. Hopwood yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf dan Rudi M. Tambunan, 2000, Sistem Informasi Akuntansi, Buku Satu, Edisi Keenam,  Salemba Empat, Jakarta.
Romney, Marshall B. dan Paul John Steinbart, 2006, Accounting Information System (Sistem Informasi Akuntansi), Buku Satu, Edisi Kesembilan, Salemba Empat, Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar